Teknologi telepon satelit mulai digagas di Indonesia sejak sekitar tahun 1995 oleh perusahaan berana pasifik Satelit Nusantara (PSN). Selanjutnya, PSN inilah yang menyediakan layanan telepon satelit di Indonesia. Waktu itu, satelit yang dimanfaatkan untuk teknologi ini masih berada 36 ribu kilometer di atas bumi. Sehingga untuk memanfaatkannya diperlukan antena parabola yang sangat besar dan pesawat telepon juga sebesar koper.
Namun kemudian perusahaan asal Amerika, Globalstar dan Iridium menyediakan satelit yang orbitnya lebih rendah, yakni 700 kilometer hingga 1500 kilometer di atas permukaan bumi. Kemajuan ini memang membuat perangkat telepon satelit menjadi lebih kecil. Namun untuk menjangkau seluruh permukaan bumi, Iridium memerlukan 66 Satelit dan Globalstar menyiapkan 48 Satelit.
Di Indonesia, satelit yang menjadi tumpuan untuk melayani sambungan telepon satelit ini bernama Garuda 1. Satelit ini dikendalikan oleh stasiun pengontrol yang berada dii Batam. Satelit Garuda 1 yang diluncurkan 12 Februari 2000 dari Kazakhstan ini mampu melayani 22 ribu pembicaraan dalam waktu bersamaan.
Bobot satelit yang harganya sekitar 200 juta dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp.1,8 Triliun ( 1 dolar AS = Rp.9000 ) ini 4,5 ton. Kemampuannya dalam memancarkan gelombang dua kali lipat dibanding satelit Palapa C maupun Telkom 1.